Pages

Minggu, 23 Maret 2014

SOSIAL



Lemahnya Keadilan di Indonesia

  


Di sebuah keadaan yang sering saya alami di kehidupan ini, Allah menciptakan perputaran ekonomi yang begitu luar biasa, seseorang tidak akan berhasil tanpa orang lain layaknya burung yang tidak bisa terbang tanpa kedua sayapnya. Perkembangan ekonomi saat ini tidak sepenuhnya menuai hasil yang positif, ada banyak persoalan yang mengakibatkan hal-hal negative bermunculan.
Kesenjangan social adalah salah satu akibat utamanya, orang yang memiliki kelebihan di pihak materi pasti lebih dihargai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kelebihan di bidang materi, fisik atau kelebihan seseorang memang dibutuhkan, namun itu dapat memacu ketidak seimbangan social.
Kejadian nyata yang saya alami, saya dan keluarga berkunjung di sebuah rumah makan sederhana yang menjual berbagai macam makanan, tempat makan itu terkenal dengan makanan yang sangat lezat maka dari itu banyak pengunjung yang memilih untuk makan di tempat ini. Saya dan keluarga datang dengan pakaian seadanya, pakaian orang-orang biasa dan saya dan keluarga hanya menggunakan sepeda motor yang bisa dibilang sudah tua. Ayah saya yang hanya menggunakan celana bahan dan jaket layaknya buruh pabrik yang lusuh memesan makanan yang kami inginkan, beberapa menit telah berlalu bahkan sudah mencapai 1 jam kami menunggu pesanan kami belum kunjung datang, sempat kami tanyakan tpai mereka hanya menjawab bahwa pesanan kami belum siap, kami maklumi keadaan saat itu. Tapi, setelah sudah hampir  2 jam kami menunggu datang keluarga besar dengan pakaian yang sangat bagus bagi kami, dress yang pasti sangat mahal, sebuah keluarga besar yang emiliki mobil mewah yang bahkan diparkir di tempat khusus. Lelaki yang mungkin kepala keluarga tersebut memimpin untuk masuk dan memilih meja untuk memesan, pelayan itu datang tanpa harus dipanggil, tidak seperti ayahku yang harus menghampiri pelayan untuk memesan, aku terus memperhatikan mereka. Beberapa makanan mahal mereka pesan bahkan ada yang untuk mereka bawa pulang atau “ take away “  itu yang aku dengar dari ayah keluarga itu. Tak selang beberapa menit mungkin hanya 30 menit pesanan mereka langsung diantar, dan kami belum satu pun pesanan kami diantar, sempat terfikir bahwa mereka mungkin pelanggan tetap disini tapi sang ayah bilang bahwa ini pertama kalinya dia dan keluarga makan disini. Setelah pesanan mereka telah diantar semua, ayah ku menanyakan pesanan kami dan pelayan hanya menjawab bahwa pesanan kami sedang di masak. Setelah 2,5 jam kami menunggu barulah makanan kami diantar bahkan ada salah satu pesanan yang mereka bilang habis namun aku melihatnya dalam menu yang dipesan oleh keluarga besar yang baru datang. Disini aku hanya melihat denga mata dan berkata dalam jiwaku, suatu saat nanti akan ku ubah ini semua. Ku perhatikan penampilan kami dan mereka, bagai para bangsawan dan pembantunya, tentu kamilah pembantunya.
Dengan ini aku sadar uang atau materi adalah segalanya, dia bisa membeli semuanya bahkan harga diri sekalipun.



“ Bayar pandangan mereka, pemahaman mereka dengan apa yang kita dapatkan saat ini tanpa melupakan apa yang kita dapatkan waktu dulu “
Nurhasanah  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar