Pacuan Mental
Terkadang sebagai manusia yang hidup, bernafas, makan, dan mengeluarkan zat sisa sebagaimana makhluk hidup lainnya , di lahirkan mempunyai keturunan dan aklhirnya kembali ke Sang Pencipta
Mulai dari pertama kali melihat dunia, pertama kali menyentuh bumi, dan pertama kali menyadari betapa indah dan kejamnya dunia ini,
fase kehidupan dari kanak - kanak yang di penuhi dengan tawa, fase dimana manusia memasuki dunia pendidikan dan cinta dan masuk pada fase paling berat menurut saya, fase dimana manusia harus bekerja demi kelangsungan hidupnya, fase dimana dunia terpampang nyata dari semua sudutnya baik itu keindahan , kebahagian , kesedihan dan air mata
Terlahir di dalam keluarga tidak mampu bukanlah sebuah kesalahan, tetapi mati dalam keadaan tidak mampu adalah kesalahan besar,
Awalnya saya berfikir keluarga adalah tempat yang selalu menerima bagaimanapun keadaan saya ,
tapi tidak dengan waktu ,
Waktu terus berjalan dan diringi dengan dosa - dosa yang sungguh sudah tidak terhitung, dengan semua perbuatan yang membuat banyak orang sakit hati dan kecewa, dengan semua kesombongan yang memakan semuanya
Sehingga sesuatu terjadi, keluarga yang dulu selalu menerima kini perlahan pergi, satu persatu, pelan seolah tidak ada suara. Mereka menangis saat ingin pergi tapi seolah takdir ingin menarik itu semua
saya masih sama tapi dengan tatapan yang berbeda , sungguh berbeda
sampai suatu saat ketika saya benar - benar jatuh dan harus terinjak terlintas untuk mengakhiri semuanya, Tapi betapa bodohnya saya berfikir seperti, saat ingin melangkahkan kaki ada doa yang selalu menyertai, ada senyuman manisnya yang menjadi semangat hidup saya ,
ya, saya masih punya mereka, di saat semua pergi masih ada mereka di hidup saya .
Umur saya selalu bertambah dan tidak mungkin seperti ini untuk seterusnya, dia juga yang semakin tua dan dia yang semakin dewasa , melihat mereka menangis hati saya bagai di robek dan rasanya saaaangaatt sakit. Siapapun itu akan saya lawan jika berani membuat mereka mengangis lagi,
Tubuh saya tidak seperti dulu, penyakin silih berganti mengisi tubuh ini, entah kalau dilihat umur saya masih sangatlah muda, tapi ini takdir saya, Alhamdulillah
Untuk engkau yang sudah pergi,
kepergianmu benar - benar seperti membuangku ke jurang yang paling dalam , tetapi banyak ranting untuk di panjat dan kembali ke puncang
tapi tau kah enkau memanjat ranting - ranting yang sangat tanjam itu sungguh menyakitkan ?
apa aku harus terus memanjatnya
atau menyerah dan jatuh kembali ke jurang itu
tangan mereka selalu ada untuk mengangkatku
tapi perlahan mereka hilang
dan hanya tersisa dua pasang tangan
tapi, harus kah mereka membantuku dalam keadaan akulah yang terjatuh ?
saat aku mengingat semuanya seolah tubuhku kering karna airmata yang sudah hampir tidak keluar
lemas seolah aku tidak bisa bernafas lagi ,
Jika ini adalah cobaan, ujian ataupun sebuah hukuman ,
terus jaga mereka yang masih menungguku pulang,
masih menungguku untuk tertawa bersama
saya mohon ya Allah .